Senin, 02 Januari 2012

AS dan Isu Pangkalan Militer di Australia


By admin
Dipublikasikan pada Selasa, 22 November 2011 | 6:07
Oleh: Lathifah Musa
Setelah Singapura gagal melobi Indonesia dalam perjanjian militer antar dua negara, yang diduga sebagai batu loncatan memuluskan rencana pangkalan militer di Singapura, belum lama ini Obama mengumumkan akan menempatkan pasukan marinirnya di Australia.
Isu Serius atau Main-main?
Pernyataan ini disampaikan oleh Obama pada saat mengunjungi Pangkalan Militer Darwin Australia. Sekalipun baru statemen menjanjikan, sehingga maih terkategori isu, namun hal ini menjadi isu yang menuai respon serius.
Pertama karena saat ini perkembangan kawasan Asia Pasifik sangat dinamis, terutama di bidang ekonomi.  Asia Pasifik telah menjadi magnet baru bagi AS yang telah bertahun-tahun memusatkan  perhatiannya ke kawasan Timur Tengah dan Teluk (Kompas, 19/11/11). Belum lagi kondisi ekonomi AS yang sedang dilanda krisis utang berat dan Uni Eropa mitra dagangnya juga sedang dalam kondisi ekonomi yang mengenaskan.
Kedua, Tampilnya China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, menyaingi AS, dinilai oleh AS akan meningkatkan kekuatan militer Negeri China untuk melindungi kepentingan ekonominya.
Ketiga, India sebagai kekuatan  baru dari Asia, selain China, juga menjadi faktor yang mendorong AS memberikan perhatian besar pada kawasan ini.
Keempat, Negara-negara ASEAN dengan wilayah yang kaya potensi alam, yakni mineral dan Migas, menjadi daya tarik negara-negara besar untuk ikut campur meraih kepentingannya masing-masing. Laut China Selatan (LCS) menjadi wilayah yang saat ini menjadi incaran AS dan China  karena  kandungan mineral dan  migasnya yang sangat berlimpah.
Kelima,  kawasan LCS yang sedang disengketakan oleh negara-negara terdekat yaitu Philipina, Brunei, Malaysia, Vietnam dan China (yang turut mengklaim, walaupun posisinya relatif paling jauh) yang juga menjadi incaran AS,  ternyata juga merupakan jalur laut, jalur perdagangan negara-negara Asia. Nilai perdagangan yang melalui jalur itu setiap tahun mencapai 5,3 triliun dollar AS dengan 1,2 triliun dollar AS adalah nilai perdagangan AS.
Dengan demikian, inilah yang dipandang sebagai alasan utama AS untuk menempatkan pasukannya di Darwin, yang kemudian disebut sebagai pangkalan militer AS yang baru. Dengan demikian ada tiga yang dipandang sebagai pangkalan militer AS di Asia Pasifik, yakni Okinawa (Jepang), Guam dan Australia. Setidaknya negara-negara tersebut telah menandatangani kesepakatan dengan AS untuk membangun pangkalan militer.
Mungkinkah isu ini akan menjadi serius, mengingat perekonomian dalam negeri AS sedang dalam kondiri terpuruk? Berbicara kemungkinan, maka mungkin ya dan mungkin tidak.  Tidak sedikit pengamat politik yang menganggap AS hanya sekedar sesumbar. Persoalannya adalah utang AS yang bertumpuk. Penempatan 2500 marinir di Darwin memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kebijakan penempatan marinir oleh Obama memerlukan keputusan Konggres. Sementara selama ini Obama menjanjikan akan menurunkan anggaran militer sebagai konsekuensi kenaikan pagu utang AS. Belum lagi Obama menjanjikan akan menarik ribuan pasukan AS di Iraq sebelum habis tahun 2011. Apabila Obama menempatkan kembali ribuan pasukan di Australia, tentu akan menuai kritik dari rakyatnya yang sudah sangat marah akibat krisis ekonomi yang menjerat AS.
Walhasil statemen ini dipandang sebagai gertak sambal semata, agar ASEAN tunduk pada keinginan AS. Keinginan terbesar AS hanyalah mengambil keuntungan dari Asia Pasifik. Perlunya gertak sambal karena AS menginginkan dirinya menjadi pihak yang ditakuti di kawasan ini. Ibaratnya AS masih memposisikan dirinya sebagai polisi dunia untuk mengamankan statusnya dalam konstelasi politik internasional.
Pangkalan Militer Sebagai Upaya Tanggap Darurat
Salah satu statemen AS menanggapi kecemasan negara-negara ASEAN ketika mendengar isu pangkalan militer di Australia, adalah agar Asia tidak perlu cemas, karena kehadiran militer AS adalah dalam rangka mengantisipasi bencana alam yang tidak jarang terjadi di Asia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali, mengaku sudah menerima penjelasan resmi dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Obama beralasan, penempatan pasukan itu untuk tanggap darurat bencana alam dan latihan bersama. “Saya senang dengan penjelasan itu,” demikian kata Yudhoyono kepada pers beberapa waktu lalu. (Okezone, 21/11/ 2011)
Statemen semacam ini hanya basa-basi dan lebih mengarah pada alasan palsu. Yang sesungguhnya adalah kepentingan ikut campur mengeksploitasi sumberdaya mineral dan migas di ASEAN, sekaligus mendominasi perdagangan di pasar ASEAN. Selama ini perdagangan di ASEAN didominasi China. Inilah yang membuat kesal Obama dan tercetuslah kekesalan ini kepada Presiden China Hu Jintau dalam pertemuan antar dua kepala negara AS-China di Honolulu Hawai AS.
Bila pernyataan tanggap bencana ini dimaksudkan untuk Indonesia, maka hal ini adalah sindiran terhadap pemerintah Indonesia yang seringkali lambat dalam menangani bencana alam di negaranya. Sebagai contoh, untuk menemukan pesawat yang jatuh dan mengevakuasi korbannya saja, militer Indonesia memerlukan waktu berhari-hari.
Kelemahan ini memang bisa menjadi alasan bagi AS untuk berkeliaran di wilayah-wilayah Indonesia. Demikian juga dengan kapal perangnya yang sering melewati jalur-jalur laut Indonesia tanpa diketahui oleh militer Indonesia.
Gertak Sambal Lebih Murah
Gertak sambal seperti yang biasa dilakukan oleh Presiden AS sebelumnya adalah cara termurah untuk menguasai kawasan. Saat ini memang AS akan mengoptimalkan Diplomasi Gertak Sambalnya. Sekalipun Australia dengan senang hati menerima kehadiran militer AS dalam rangka menguatkan posisinya di Asia Pasifik, tetapi AS akan berhitung banyak untuk menurunkan militer berjumlah besar. Beberapa hal yang akan dilakukan AS, selain mengeluarkan statemen-statemen “Show of Force”  adalah:
Pertama, AS akan mengambil langkah termudah dan termurah dengan menekan penguasa-penguasa ASEAN untuk tunduk pada kepentingannya.  Artinya, akan lebih murah dan mudah menempatkan antek-anteknya di negara-negara ASEAN. Inilah  yang menjadi kegiatan AS ketika mengunjungi kawasan ini. Orang-orang yang “direstui” AS, akan lebih cepat untuk menjadi penguasa. Tentu dengan kerja agen-agen CIA yang berkeliaran di negara-negara tadi.
Kedua, selama gertak sambal lebih efektif untuk membuat tunduk penguasa-penguasa ini, maka itu akan dilakukan. Kalaupun menurunkan militer AS, paling tidak banyak. Hanya untuk berkeliaran saja, dalam bentuk kapal induk dan beberapa pesawat. Tidak akan sampai menurunkan banyak pasukan yang membutuhkan banyak biaya.
Ketiga, militer dengan jumlah ribuan akan menjadi pilihan akhir yang tidak mudah, mengingat ada hambatan di dalam negerinya sendiri. Tantangan terbesar Obama adalah rakyatnya sendiri.
Jangan Menghamba Kepada AS

Apa yang harus dilakukan pemerintah kita? Berhentilah menghamba pada kepentingan AS. Janganlah aparat militer digunakan sebagai centeng Freeport. Uang rakyat digunakan untuk menggaji tentara yang melindungi aset Asing. Dana negara  dihamburkan untuk membeli fasilitas keamanan Obama, yang untuk detektor saja menghabiskan dana 80 milyar. Bisa jadi detektor itupun dibeli dari AS.
Sudah sangat banyak penderitaan rakyat yang terjadi karena kebijakan (yang tidak bijak) yang menguntungkanegara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya].” (HR. Bukhari-Muslim)[]n Asing dan merugikan rakyat sendiri. Rakyat harus membayar banyak untuk fasilitas hidup, makan, minum, rumah, jalan penerangan, bensin dll.
Uang rakyat banyak mengalir ke asing dan kantong-kantong pejabat yang korup. Islam mengajarkan bahwa penguasa adalah pemimpin, sekaligus pengembala, sekaligus pelayan umat. Bukan sebaliknya, penyengsara dan penyebab penderitaan rakyat akibat menjadi pelayan negara adidaya. “Al-Imaamu raa’in wa huwa mas’uulun ‘an raiyyatihi [Seorang kepala 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar